Siklus
hidrologi didefinisikan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari
atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer (Seyhan, 1977). Sumber tenaga
dari siklus ini adalah matahari. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari
dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada
permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan-badan air lainnya.
Tahap
pertama dari daur hidrologi adalah penguapan air dari samudra, air permukaan di
daratan, evaporasi dan lainnya sebagai akibat panas matahari. Uap ini dibawa
diatas daratan oleh masa udara yang bergerak dan selanjutnya terkondensasi
(Linsley, 1989). Kondensasi adalah proses dimana uap air ditransformasikan ke
cairan atau es dengan pelepasan energi. Uap ini bila didinginkan hingga titik
embunnya, maka uap tersebut akan membeku menjadi butiran air yang dapat dilihat
yang membentuk awan atau kabut. Butir-butir air kecil itu akan berkembang cukup
besar sampai kondisi jenuh untuk dapat jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk
hujan atau salju (presipitasi).
Menurut
Seyhan (1977), presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan,
dll), jatuh keatas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air dan
saluran-saluran sungai (presipitasi saluran). Air yang jatuh pada vegetasi
mungkin diintresepsi (yang kemudian berevaporasi dan/atau mencapai permukaan
tanah dengan menetes saja maupun sebagai aliran batang) selama suatu waktu atau
secara langsung jatuh ke tanah khususnya pada kasus hujan dengan intensitas
yang tinggi dan lama. Sebagian air presipitasi yang membasahi permukaan tanah
berinfiltrasi ke dalam tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi kedalam air
tanah dibawah muka air tanah. Air ini secara perlahan berpindah melalui akuifer
ke saluran-saluran sungai. Beberapa air yang berinfiltrasi bergerak menuju
dasar sungai tanpa mencapai muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan.
Setelah
bagian presipitasi yang pertama membasahi permukaan tanah dan berinfiltrasi,
suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan tanah yang disebut dengan
detensi permukaan (lapis air). Selanjutnya detansi permukaan menjadi lebih tebal
dan alirana air mulai dalam bentuk laminer. Dengan bertambahnya kecepatan
aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang mengalir ini disebut
limpasan permukaan. Selama perjalanannya menuju dasar sungai, bagian limpasan
permukaan disimpan pada depresi permukaan dan disebut cadangan depresi.
Akhirnya limpasan permukaan mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai
(Seyhan, 1977).
Sumber :
Sumber :
Seyhan, E. 1977. Dasar-Dasar
Hidrologi. Terjemahan. Subagyo, Sentot. Fundaentals Of Hydrology. Gadjah
Mada University Press.
Ward, R.C. 1967. Principle of
Hidrology. McGRAW-HILL Publishing Company Limited. London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar