Debit andalan adalah debit yang tersedia
sepanjang tahun dengan besar resiko kegagalan tertentu yang dapat dipakai untuk
keperluan seperti irigasi, air minum, PLTA, dan lain sebagainya. Perhitungan
ketersediaan air atau debit andalan diperlukan untuk perhitungan neraca air
sehingga dapat diketahui kemampuan air mengairi areal layanan.
Analisa debit andalan dilakukan dengan
pendekatan berbeda-beda tergantung dari data yang tersedia sebagaimana di
jelaskan seperti di bawah ini:
1. Jika
terdapat pencatatan debit yang panjang, debit andalan dihitung berdasarkan data
debit dengan menggunakan probabilitas keberhasilan 80%.
2. Jika
terdapat pencatatan debit tetapi hanya dalam periode pendek, maka debit andalan
dihitung berdasarkan data curah hujan, akan tetapi parameter yang digunakan
dikalibrasi terhadap data debit yang ada.
3. Jika
tidak terdapat pencatatan debit, maka debit andalan dihitung berdasarkan data
curah hujan dihitung dengan menggunakan metode F.J.Mock.
Menurut
tahun pengamatan yang diperoleh, harus diurut dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Kemudian dihitung tingkat keandalan debit tersebut dapat terjadi,
berdasarkan probabilitas kejadian mengikuti rumus Weibull (Soemarto, 1995).
Dengan:
P = Probabilitas terjadinya kumpulan nilai yang
diharapkan selama periode pengamatan.
m = Nomor urut kejadian,
dengan urutan data dari besar ke kecil.
n = Jumlah data.
Metode Mock dikembangkan oleh Dr. F.J.
Mock untuk memperkirakan besarnya debit suatu daerah aliran sungai berdasarkan
konsep water balance. Data yang
dibutuhkan dalam perhitungan metode ini antara lain adalah hujan bulanan
rata-rata (mm), jumlah hari hujan bulanan rata-rata (hari), evapotranspirasi,
limpasan permukaan, tampungan tanah dan aliran dasar (base flow). Air hujan yang jatuh (precipitation) akan mengalami evapotranspirasi sesuai dengan
vegetasi yang menutupi daerah tangkapan hujan. Evapotranspirasi yang
dipengaruhi oleh jenis vegetasi, permukaan tanah dan jumlah hari hujan.
Proses perhitungan dan asumsi yang
dilakukan dalam metode Mock (Soemarto, 1995) adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan
evapotranspirasi aktual (Ea)/evapotranspirasi terbatas (Et).
Evapotranspirasi
aktual dihitung dari evaporasi potensial metode Penman (ETo). Hubungan antara
evaporasi potensial dengan evapotranspirasi aktual dihitung dengan rumus:
Ea = ETo - ∆E → (Ea = Et) (2)
∆E = ETo x (m/20) x (18-n) → (E = ∆E) (3)
Dengan :
Ea = Evapotranspirasi aktual (mm/hari)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm/hari)
ETo = Evaporasi potensial metode Penman (mm/hari)
m = Presentase lahan yang tidak tertutup
tanaman
m = 0 untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0 untuk
lahan dengan hutan sekunder pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan kering
berikutnya.
m = 10 – 40% untuk lahan yang tererosi
m = 30 – 50% untuk lahan pertanian yang diolah
(misal: sawah dan ladang)
n =
Jumlah hari hujan dalam sebulan.
2. Keseimbangan
air dipermukaan tanah.
a. Air
hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ds = P – Et (4)
Dengan :
Ds = Air hujan
yang mencapai permukaan tanah (mm/hari)
P = Curah
hujan (mm/hari)
Et =
Evapotranspirasi terbatas (mm/hari)
b. Bila
harga Ds positif (P > Et) maka air akan masuk ke dalam tanah bila kapasitas
kelembaban tanah belum terpenuhi, dan sebaliknya akan melimpas bila kondisi
tanah jenuh. Bila harga Ds negatif (P < Et), sebagian air tanah akan keluar
dan terjadi kekurangan (defisit). P = curah hujan
c. Perubahan
kandungan air tanah (soil storage)
tergantung dari harga Ds. Bila harga Ds negatif maka kapasitas kelembaban tanah
akan berkurang dan bila Ds positif akan menambah kekurangan kapasitas
kelembaban tanah bulan sebelumnya.
d. Kapasitas
kelembaban tanah (soil moisture capacity)
Perkiraan kapasitas kelembaban tanah
awal diperlukan pada saat dimulainya simulasi dan besarnya tergantung dari
kondisi porositas lapisan tanah atas dari daerah pengaliran. Biasanya diambil
50 – 250 mm, yaitu kapasitas kandungan air dalam tanah per m3. Jika
porositas tanah lapisan atas tersebut makin besar, maka kapasitas kelembaban
tanah akan makin besar pula.
Jika pemakaian
model dimulai pada bulan Januari, yaitu pertengahan musim hujan, maka tanah dapat
dianggap berada pada kapasitas lapangan (field
capacity). Sedangkan jika model dimulai dalam musim kemarau, akan terdapat
kekurangan, dan kelembaban tanah awal yang mestinya di bawah kapasitas
lapangan.
3. Limpasan
dan penyimpanan air tanah (runoff and
groundwater storage)
a. Koefisien
infiltrasi (i)
Koefisien infiltrasi ditaksir
berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Lahan
yang porous misalnya pasir halus mempunyai infiltrasi lebih tinggi dibanding
tanah lempung berat. Lahan yang terjal dimana air tidak sempat untuk infiltrasi
kedalam tanah maka koefisien infiltrasi akan kecil. Batasan koefisien
infiltrasi adalah 0 – 1,0.
b.
Penyimpanan air tanah (groundwater storage)
Pada permulaan simulasi harus
ditentukan penyimpanan awal (initial
storage) yang besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan waktu.
Sebagai contoh, dalam daerah pengaliran kecil yang mana kondisi geologi lapisan
bawah adalah tidak tembus air dan mungkin tidak ada air di sungai pada musim
kemarau, maka penyimpanan air tanah menjadi nol.
Rumus-rumus yang
digunakan :
Vn = k . Vn-1 + ½ (1 + k)
. In (5)
DVn = Vn - Vn-1 (6)
Dengan :
Vn =
Volume air tanah bulan ke n
Vn-1 =
Volume air tanah bulan ke (n-1)
k = qt/qo = faktor resesi aliran air tanah, harga k
berkisar (0 – 1,0)
qt =
Aliran air tanah pada waktu t (bulan ke t)
qo =
Aliran air tanah pada awal (bulan ke 0)
In =
Infiltrasi bulan ke n
D Vn-1 =
Perubahan volume aliran air tanah
c. Limpasan
(runoff)
Aliran dasar : infiltasi dikurangi
perubahan volume aliran air dalam tanah.
Limpasan langsung : kelebihan air (water surplus) – infiltrasi.
Limpasan : aliran dasar + limpasan
langsung.
Debit andalan : aliran sungai dinyatakan dalam m3/bulan.
Sumber :
Soemarto, C.D. 1995.
Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar